jangan menyisakan makanan dalam piring karena itu perbuatan
Dankalau ternyata barokah yang diberikan oleh Tuhan terdapat pada sisa makanan itu, sama saja dengan menyia - nyiakan barokah dari Tuhanmu. Dari Jabir: "Rasul SAW menganjurkan supaya membersihkan sisa makanan di piringnya atau jarinya, sabdanya: "Kalian tiada tahu pasti, di bagian manakah makananmu yang mengandung berkah itu"(HR.Muslim).
Tidakisraf, membeli makanan secukupnya, mengambil makanan secukupnya, habiskan makanan di piring makan dan perbanyak sedekah. Percayalah dengan melakukan hal yang sederhana ini, kita dapat mencegah kelaparan penduduk bumi dan juga mencegah perubahan iklim. Mulai dari diri sendiri dan mulai dari hal yang kecil, lalu ajaklah orang di sekitar kita. *
- Mencuci piring salah satu aktivitas di dapur yang kadang disepelekan oleh sebagian orang. Padatnya aktivitas, memang tak jarang membuat sebagian orang melakukan kesalahan saat mencuci piring. Meski aktivitas pada, ada baiknya piring yang kotor segera dicuci. Sebab menunda mencuci piring akan membuat cucian piring semakin menumpuk dan bisa menjadi sarang hama atau serangga hingga bakteri. Padahal dengan segera cuci piring atau mencuci piring secara rutin akan membuat dapur terlihat lebih rapi, teratur, dan enak dipandang, serta terhindar dari gangguan serangga atau hama. Melansir Taste of Home 13/9/2021, padatnya aktivitas, menjadikan sebagian orang tidak maksimal dalam mencuci piring, sehingga masih menyisakan noda dalam piring maupun alat makan lainnya. Baca Juga 5 Alasan Pakaian Dalam Sebaiknya Dicuci Terpisah, Ternyata Rawan Penyebaran Bakteri Jahat Perlu diketahui, ada beberapa kesalahan saat mencuci piring yang perlu dihindari. Apa saja kesalahan tersebut? Simak penjelasannya berikut ini. 1. Membiarkan piring menumpuk Membiarkan piring kotor menumpuk di wastafel dapur bukanlah kebiasaan yang baik. Sebab, tumpukan piring kotor tersebut akan menjadi sarang bakteri yang akan membuat dapur tidak higenis dan tentunya itu dapat mengganggu kesehatan. Menunda mencuci piring juga dapat membuat sisa saus atau sisa makanan lainnya berkerak, sehingga lebih sulit untuk dicuci. Jika belum bisa langsung mencucinya setelah makan, setidaknya bilas dulu piring dari sisa makanan agar lebih mudah saat mencucinya. 2. Jangan terlalu banyak menggunakan sabun Baca Juga Anak Batuk Pilek Jangan Diberi Antibiotik Tanpa Resep Dokter! Ini 7 Pengobatan Rumahan yang Bisa Dilakukan Jika kamu pernah mendapati gelas di lemari atau di rak piring tampak keruh dan sedikit kotor, itu karena penggunaan sabun yang terlalu banyak saat mencucinya. Busa dari sabun cuci piring yang berlebihan dapat menyisakan residu di piring, yang mana jika kering akan membekas dan tampak keruh. Sebaiknya gunakan setidaknya 1-2 sendok makan sabun saat mencucinya. 3. Mengeringkan menggunakan lap kotor Kesalahan mencuci piring berikutnya yaitu menggunakan lap kotor saat mengeringkannya. Sebab itu hanya akan membuat piring atau cucian lainnya menjadi tidak bersih. Solusinya, biarkan piring mengering dengan sendirinya. 4. Mencuci dengan suhu air standar Diketahui, untuk mensterilkan piring menggunakan suhu 48-60 derajat celsius, ini merupakan standar suhu sebagian besar alat pencuci piring. Dengan suhu ini, tentunya tidak dianjurkan mencucinya menggunakan tangan. Solusinya, jika mencuci menggunakan tangan, kamu bisa menggunakan air dingin dan menggunakan sarung tangan khusus cuci piring. 5. Menggosok dengan spons Kamu bisa menggunakan spons untuk menggosok piring kotor. Hanya saja, spons bisa menjadi tempat bersarangnya kuman dan bakteri. Oleh karena itu, pastikan untuk mengganti spons setidaknya seminggu sekali. Atau kamu bisa menggunakan sikat khusuw cuci piring. Selain lebih mudah saat menggosok kotoran atau noda, sikat juga lebi mudah kering dan dibersihkan. 6. Mengosongkan saluran pembuangan makanan Agar terhindar dari bakteri, kuman dan bau tak sedap di area wastafel, pastikan untuk selalu rutin membersihkan atau mengosongkan saluran pembuangan makanan dalam wastafel dapur dari sisa-sisa makanan. Nah, itulah beberapa kesalahan saat mencuci piring yang perlu kamu perhatikan dan pastikan untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan seperti yang sudah disebutkan di atas. Kontributor Ulil Azmi
Menyisakanmakanan dan membuangnya termasuk perbuatan tercela dalam Islam karena hal itu termasuk perbuatan menyia-nyiakan harta dan nikmat Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah benci terhadap tiga hal, yaitu berita palsu atau gosip, menyia-nyiakan harta atau makanan, dan banyak meminta.
Berdasarkan riset Food Sustainable Index, Indonesia merupakan negara penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia. - Kids, apakah kamu sering menyisakan makanan di piring makanmu? Jika iya, kebiasaan yang satu ini sebaiknya mulai kamu hentikan, ya. Kamu mungkin enggak terbiasa memikirkan dari mana datangnya makanan yang kamu santap dengan mudah. Makanan yang kamu santap setiap hari melalui proses yang sangat panjang hingga bisa kamu lahap, lo. Misalnya nasi di piringmu yang merupakan perjuangan para petani yang merawat dan memanen padi selama berbulan-bulan. Bijaknya kamu menghabiskan semua nasi yang ada di piringmu tanpa menyisa sebagai bentuk rasa syukur dan menghargai rezeki yang kamu dapatkan. Jika kamu terlalu kenyang, kamu harus menyadari seberapa porsi yang tepat untukmu. Hal ini perlu kamu lakukan supaya enggak berakhir mengambil atau membeli makanan melebihi kapasitas lambungmu. Dengan begitu kamu akan bisa menghabiskan dan enggak menyisakan atau membuang-buang makanan. Ketika makanan yang menyisa harus dibuang maka akan semakin menambah tumpukan sampah makanan. Kamu perlu tahu bahwa Indonesia adalah negara penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia menurut laporan Food Sustainable Index. Baca Juga Kenapa Kita Harus Mengurangi Kebiasaan Membuang Makanan? AkuBacaAkuTahu Kenapa Kamu Harus Menghabiskan Makananmu? galitskaya Ketika kamu menghabiskan makanan maka kamu sudah mensyukuri dan menghargai makanan yang lahir dari perjuangan banyak orang. Ketika makanan yang ada dalam piringmu enggak kamu habiskan dan menyisa, biasanya akan dibuang dan menjadi sampah makanan. Sampah makanan yang menumpuk akan berdampak pada lingkungan karena bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Sampah-sampah makanan yang enggak dikelola dengan benar akan menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang bisa menyebabkan suhu Bumi makin meningkat. Tuh, ternyata kebiasaan yang kamu anggap sepele bisa berdampak besar bagi kondisi iklim dunia. Jangan dibiasakan lagi melakukannya, ya, Kids. Ketika menyisakan dan membuang makanan itu berarti kamu enggak menghargai usaha orang lain yang sudah mengupayakan makanan bisa sampai ke hadapanmu. Makanan dibeli menggunakan uang, dan uang adalah sesuatu yang dicari dan dihasilkan oleh orang tuamu dengan bekerja keras setiap hari. Selain itu tak hanya para petani, para peternak hingga nelayan yang menghasilkan berbagai bahan-bahan makanan yang memungkinkanmu makan segala macam lauk lezat juga berperan besar. Kalau makananmu enggak kamu habiskan sama saja kamu enggak bersyukur dengan kemudahan dan rezeki yang kamu milikki. Di luar sana ada orang-orang yang kesulitan untuk bisa makan dengan benar karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Jadi, jika kamu masih punya kebiasaan menyisakan makanan, ingat-ingatlah bahwa kamu adalah orang yang beruntung dan diberkahi Tuhan. - Ayo kunjungi dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani dunia pelajaran anak Indonesia. Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Tetapibukan berarti Anda bebas melakukannya tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan oleh ulah Anda itu. Jangan sampai Anda lega bisa membuang kotoran Anda namun meninggalkan "sisa" bagi orang sesudah Anda. Hal lain yang juga menyesakan dada saya adalah apabila melihat sisa makanan di piring, baik itu di restoran, hotel atau tempat
JAKARTA, - Aktivitas yang padat, terkadang membuat sebagian orang menyepelekan kegiatan membersihkan rumah yang paling kecil, yakni mencuci piring. Padahal, dengan segera mencuci piring, akan menjadikan dapur lebih rapi dan teratur. Sebaliknya, cucian piring yang menumpuk akan menjadikan dapur sebagai sarang serangga serta hama yang tidak diinginkan dari Taste of Home, Rabu 26/5/2021, kegiatan yang sangat banyak, membuat sebagian orang mencuci piring tidak maksimal dan meninggalkan masih meninggalkan noda di dalam piring dan peralatan makan lainnya. Baca juga Cara Cerdas untuk Menghilangkan Goresan dari Piring Porselen Putih Oleh karena itu, ada beberapa kesalahan dalam mencuci piring yang tidak boleh dilakukan, antara lain sebagai berikut. 1. Membiarkan piring menumpuk Meninggalkan piring di wastafel dapur untuk dicuci nanti bukan hanya kebiasaan bermalas-malasan, tapi juga bisa berbahaya. Bakteri dapat tetap hidup hingga empat hari di piring bekas Anda dan menyebar ke seluruh lagi kerak saus atau sisa makanan membuat mencuci piring semakin sulit. Jika Anda benar-benar tidak ingin membersihkan saat Anda pergi, setidaknya bilas piring dari sisa bahan makanan yang menempel. 2. Menggunakan terlalu banyak sabun Pernahkah Anda mengeluarkan gelas dari lemari dan terlihat keruh dan sedikit kotor? Jika keadaannya seperti itu, mungkin Anda menggunakan terlalu banyak sabun cuci piring saat mencucinya. Baca juga Cara Mudah Membersihkan Mesin Pencuci Piring Busa yang dihasilkan sabun cuci piring secara berlebihan dapat meninggalkan residu lengket di piring Anda jadi gunakan satu atau dua sendok makan sabun saat mencucinya. 3. Mengeringkan dengan lap kotor Kain lap yang digantung di wastafel yang "hanya untuk piring dan tangan" mungkin telah menjadi penampung semua tumpahan. Artinya mengandung kotoran, kotoran dan bahkan E. coli dan kuman lainnya. Sebagai solusinya, pastikan piring Anda mengering tanpa dilap atau sering mengganti handuk piring.
Harakatunacom. - Ironis, Indonesia yang merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia nyatanya memiliki sampah makanan terbesar di dunia
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Saat membaca tagline lomba yang diprakarsai oleh "Bandung Food Smart City" aku seakan kembali ke masa kanak-kanak, masa dimana keluarga kami belum memiliki televisi. Aku dan saudara-saudaraku harus mengintip dari lubang papan rumah tetangga untuk dapat menonton TV. Siang itu, kisah FTV bercerita tentang seorang anak perempuan yang menghitung sisa butiran nasi dari pembeli yang makan di warung ayahnya. Aku ingat sekali Aming menjadi salah satu aktor dalam FTV tersebut, namun sayang sekali aku lupa judul dari FTV tersebut. Kadang kala aku sangat rindu untuk menonton FTV pada masa kecil ku, tapi hatiku menolak untuk kembali ke masa-masa ceritaku kali ini bukan seputar kisah nostalgia kehidupan masa kecil ku yang menyedihkan ataupun mereview serial lawas televisi yang aku rindukan. Namun, aku ingin mengingatkan kembali bahwa isu tentang "Food Waste" bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Isu ini pernah diangkat menjadi sebuah serial televisi pada sekitar tahun 2005an seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya dan hal tersebut masih sangat membekas di dalam ingatanku yang saat ini sudah berusia 26 makan dalam sebagian suku di Indonesia merupakan sebuah budaya yang sangat sakral. Kita diajak untuk menghormati makanan dengan cara memakan dengan hikmat. Hal itu dilakukan untuk menghargai setiap butiran keringat yang telah dikucurkan oleh orang-orang yang memberikan kontribusi sehingga makanan tersebut bisa dihidangkan diatas meja makan dan untuk mensyukuri karena kita masih dapat diizinkan makan disaat banyak orang kesulitan untuk memperoleh makanan. Menurut data FAO Food and Agriculture Organization terdapat 800 juta penduduk dunia yang menderita kekurangan pangan secara kronis dan tidak mampu mendapatkan pangan untuk memenuhi kebutuhan energi minimum mereka. Data FAO tahun 2019Menyisahkan nasi di dalam piring ketika makan juga menjadi pantangan oleh beberapa suku di Indonesia. Budaya ini masih dipegang teguh oleh beberapa orangtua, dimana mereka akan memberikan hukuman atau menegur anaknya yang tidak menghabiskan makanan mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi itu perlahan mulai hilang, tidak tahu sejak kapan pastinya. Hal ini mulai aku sadari saat duduk di bangku kuliah dan mulai sering makan di warung. Aku sering kali dikejutkan oleh beberapa pelanggan atau pembeli yang menyisakan makanannya diatas piring, bahkan seringkali mereka hanya memakan setengah dari makanan yang mereka pesan. Awalnya, aku bingung dengan hal tersebut, tidak jarang aku jadi merasa malu karena seakan menjadi wanita yang rakus karena tidak pernah sekalipun makanan tersisa diatas aku berpikir apakah zaman sudah berubah? Apakah ada alasan lain mengapa setiap orang mulai menyisakan makanan? Apakah ini pertanda zaman modernisasi? Atau ini hanya kebiasaan hedon anak muda yang ingin tampil keren, namun membuat hati manusia sepertiku menjadi memang kebiasaan menyisahkan makan merupakan sebuah gaya hidup baru untuk memperoleh kepuasan diri agar dianggap keren dan mengikuti zaman, maka akan lebih keren lagi bila kita mau mengambil atau meminta makanan sesuai dengan kebutuhan kita, sehingga tidak ada makanan yang terbuang sia-sia. Sampah makanan di Indonesia setiap tahunnya mencapai 13 juta ton, hal ini diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Pangan PBB FAO. Sampah makanan tersebut paling banyak berasal dari catering, retail dan restoran. Padahal jika dikekola dengan baik 13 juta ton makanan sisa dapat dinikmari oleh lebih dari 28 juta orang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BPS, jumlah ini hampir sama dengan populasi penduduk miskin di setiap kerisauan hati, aku mulai berpikir setidaknya ada kampanye di setiap warung makan berupa pengumuman Harus menghabiskan makanan yang telah dipesan atau memberikan denda kepada pelanggan yang tidak menghabiskan makanan mereka. Pemberian denda kepada pelanggan yang tidak menghabiskan makanan telah diterapkan oleh beberapa restoran Jepang, seperti restoran seafood bernama Hackikyo di Sapporo Jepang yang memberlakukan denda jika pelanggan tidak menghabiskan makanan di mangkok mereka. Kebijakan ini dibuat untuk menghargai orang-orang yang telah berjasa mempertaruhan nyawa untuk dapat membuat hidangan sampai di meja makan. Restoran Hackikyo berhasil mengedukasi pelanggannya karena hampir tidak ada pelanggan yang menyisahkan makanan di mangkok disetiap warung di Indonesia diberi tanda peringatan Di warung ini dilarang menyisakan makanan atau memberikan denda kepada pelanggan yang tidak menghabiskan makanan yang telah dipesan, maka kemungkinan besar akan semakin banyak orang yang tidak menyisakan makanannya diatas piring mereka. Hal itu juga membawa keberuntungan buat tipe manusia seperti aku yang tidak biasa menyisakan makanan dan dapat menghentikan budaya menyisakan makanan diatas piring. Karena tidak ada lagi alasan buat pembeli untuk menyisakan makanan mereka, bahkan tidak akan adalagi pertambahan jumlah populasi manusia yang menyisakan makanan diatas piring mereka hanya karena takut diberi label "rakus".Peringatan yang diberikan oleh warung makan kemungkinan akan menjadi sebuah langkah awal untuk mengurangi pemborosan makanan, karena warung makan merupakan tempat bertemunya beberapa orang yang memiliki karakter yang berbeda dan kadangkala hanya untuk menyeragamkan standar gaya hidup, tanpa disadari setiap orang mulai saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti pengalaman yang aku alami, dari warung makanlah muncul rasa risih ketika aku tidak menyisakan makanan diatas setiap orang memakan makanan sesuai porsi yang dibutuhkan oleh tubuh, mari berhenti melakukan gaya hidup yang salah dan mulai melakukan perubahan dari dalam diri kita pribadi. Ketika kita menghargai makanan, maka kita juga ikut menghargai setiap jasa orang-orang yang bekerja untuk menyediakan makanan tersebut sehingga dapat kita nikmati. Semangat berbenah dengan revolusi mental yang baru. Hidup memang bukan hanya untuk makan, namun makan dapat membuat hidup dan menghargai makanan akan membuat hati mu benar-benar tampak hidup. Lihat Humaniora Selengkapnya
Аዜо уςихаске
Еտε οβ
Уξըሪезыζ эчи абешէкևχюլ брևнո
Щеፔοглխпո ኚоፂиш
Вс оγаզолէδሰγ
Е γοվакр
Со иклочуւа ቷուцещуз
ኦф յа роцխтяфуշ
ቩаቾጪኔасри ጉጵո овсሢщидиտа
Եхըбօጂо ктαснውт ρጊኼ εхէтрቼсв
Имукл емуциጌоρа еμሢчዒκовс
Bilaselesai dari makan lalu masih tersisa di pinggir piring sisa-sisanya mereka tidak menghabiskannya. Perbuatan seperti ini menyelisihi perintah Nabi Muhammad ﷺ!" (Syarah Riyadhus Shalihin, III/532) Semoga kita tergolongkan dalam pihak yang menerapkan semua sunnah Nabi Muhammad ﷺ lalu mengajak serta orang lain padanya. Wallahu A'lam Bishawab.
Memangnya kenapa kalau makanan di piringmu habis, bersih tidak bersisa? Malu? Gengsi disangka lapar sekaligus doyan? Kalau memang lapar dan doyan, lalu kenapa? Lalu yang menyuguhkan makanan mengamini, ikut menertawakan orang yang piringnya bersih. Kemudian mengakhiri tawanya dengan ungkapan bahwa itu cuma bercanda. Sungguh tidak pantas. Saya lupa kapan terakhir kali saya menyisakan makanan alias makanannya tidak habis. Barangkali, sewaktu SMP. Itu yang terakhir. Ingatan kuat soal adab makan ini, saya peroleh saat kuliah semester 4 atau 5. Ketika sedang mengajar, dosen saya yang satu itu, Prof D, selalu mengaitkan teori yang sedang kami pelajari dengan kejadian kontekstual. Di tengah cerita panjangnya –yang saya juga lupa beliau cerita apa– tiba-tiba beliau berpesan satu hal yang sampai detik ini, selalu saya ingat. Selalu. “Di balik sebutir nasi yang sampai di meja kita, yang ada di depan kita dan siap untuk kita santap itu, ada kerja keras dan keringat banyak orang. Maka, jangan sampai kita menyisakan makanan di piring. Setiap mau mulai makan, ingat saja orang-orang yang sudah bersusah payah menyediakan sebutir nasi itu untuk kita.” Ucapan beliau 6-7 tahun lalu yang selalu saya ingat dan akan terus diingat sampai kapan pun, insyaa Allah. Semoga diberi usia yang panjang dan barokah, Prof D. Dari serangkaian ingatan buruk tentang Bapak, ternyata ada juga ajaran yang efeknya baik untuk saya sekarang; dilarang mengeluh, makan harus habis, dilarang makan sambil bunyi kecap-kecap, sikat gigi 2x sehari. Hanya itu yang saya ingat. Saya bersyukur sekali punya orangtua yang sewaktu saya kecil, mencontohkan kebiasaan baik saat sedang makan. Fokus, rapi, bersih, tenang, cepat, sepi alias tidak bunyi kecap-kecap, dan harus habis. Jadi tidak ada sejarahnya kami saya, ibuk, bapak makan disambi aktivitas lain. Kalau sedang makan, ya, makan. Tidak boleh ada kegiatan lain. Maka, sewaktu saya masuk ke kehidupan selebriti akibat pekerjaan kantor, saya menemukan semua hal yang bagi saya sungguh sangat mengganggu itu. Suatu hari, kami makan bersama di restoran mahal. Mereka beli banyak menu, cuma dicicipi satu dua sendok, lalu dibiarkan begitu saja, tidak dibungkus untuk dibawa pulang. Saya yang saat itu sudah kekenyangan karena ternyata satu porsinya besar sekali, memaksakan diri untuk terus mengunyah pelan-pelan sampai habis tak bersisa. Saya kunyah daging steak lezat dengan air mata dan emosi yang ditahan-tahan. Pulangnya, sesudah kami berpisah jalan, saya menangis. Tergugu. Tetangga sebelah rumah saya persis, seorang ibu yang ketika hamil anak bungsunya, kelaparan tengah malam. Beliau punya sekotak makanan, tapi hanya cukup untuk si sulung. Diberikannya sekotak itu kepada anaknya sambil beralasan sudah kenyang. Padahal, perutnya lapar bukan main. Suami? Jauh dari harapan karena hobi judi. Akhirnya, beliau keluar rumah diam-diam, menuju rumah tetangga sebelahnya yang menggantung satu kantong plastik hitam di pagar rumah. Diambilnya kantong itu, lalu dibawa ke dalam rumah. Satu kantong plastik itu menyelamatkan dirinya sejenak pada malam itu. Apa isi kantong plastik itu? Makanan sisa. Makanan yang sengaja digantung di pagar supaya diambil kucing. Makanan yang sungguh tidak layak dikonsumsi manusia, apalagi ibu hamil! Makanan itu… bahkan kita tidak bisa menyebutnya sebagai “makanan” lagi. Sebab itu sampah. Hanya mengingatnya saja hati saya sakit sekali. Bahkan ketika menulis ini, mata saya memerah. Saya sungguh membenci sifat dan tindakan orang yang hobi menyisakan makanan.
Yaagan berhak atas makanan yang anda makan karena anda membayarnya. Namun di sisi lain apabila makanan yang kita pesan tidak habis secara tidak langsung anda akan membuang salah satu sumber pangan yang ada di negri kita sendiri. Kesimpulan Quote: Alangkah lebih baiknya kita bisa menghargai makanan yang kita beli.
- Sebuah lukisan piring mengajarkan kita tak menyisakan makanan. Apakah kamu kerap menyisakan makanan? Karena kelewat kenyang, nafsu makan hilang, atau aktivitas lain. Bagi yang sering tidak melahap habis apa yang ada di piring, baiknya simak pesan dari lukisan piring yang satu ini. Beberapa waktu lalu, sempat heboh dan viral di media sosial tentang piring yang menyindir siapapun yang tidak menghabiskan makanan yang ada di atas piring. Baca Juga Lihat Struk Makanan Senilai Rp 106 Juta, Netizen Gagal Fokus ke Menu Ini Piring ini ramai diperbincangkan setetlah diunggah oleh netizen bernama Ummah Yusrotul melalui akun pribadinya UmmahYusrotul. Dalam postingan tersebut nampak dua foto piring dengan warna yang berbeda. Jika dilihat lebih dekat, kedua piring itu punya gambar yang sama yakni segerombolan orang yang tengah mengais sesuatu. Gambar yang terletak pada bagian tepi piring akan memberikan kesan seolah mereka mengais sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pemakai piring itu. Baca Juga 14 Benda Aneh Ini Ditemukan dalam Makanan, Masih Mau Makan? "Lukisan di piring inu sindir keras kamu yang suka menyisakan makanan," tulis Ummah dalam postingan yang viral di media sosial. Piring ini sindir yang suka menyisakan makanan. piring ini seolah mengingatkan kita untuk tidak membuang-buang makanan karena masih banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung kita. Sekaligus, mengajarkan untuk bersyukur karena kita masih diberi kemudahan untuk meredakan rasa lapar. Baca Juga Kreatif Tanpa Batas, Netizen Jadikan Wadah Ini Buat Bekal Makanan Selepas dibagikan, postingan piring bertuah ini pun langsung mendapatkan respon beragam dari netizen. Bebebapa netizen kompak merasa tersindir dengan gambar di piring ini. "Piringnya bikin kita jadi tahu diri dan mensyukuri rejeki," tulis seorang netizen. "Merasa berdosa gue, harus punya ini piring biar inget," ujar netizen lain. Baca Juga Adu Mulut dengan Customer, Driver Ojol Malah Lempar Makanan "Buat kalian yang makan nya ngga bersih apalagi sisa banyak, wajib beli biar tahu diri, biar tahu bersyukur, biar ngga rakus alias serakah bin bahlul." "Tersindir," imbuh lainnya. Piring ini sindir yang suka menyisakan makanan. begitu, ada juga beberapa netizen yang salah fokus dengan makna gambar yang ada di piring. "Malah jadi pengen nyisain makanannya, biar gambarnya bisa makan," tulis netizen. "Jadi gak tega buat ngabisin, kalo makanannya habis lukisannya mau ngambil apa? Hampa," ujar netizen lain. "Maunya disisain banyak biar semua kebagian," imbuh netizen lainnya. Itulah lukisan piring yang viral di media sosial. Apakah kamu masih merasa tersindir juga dengan piring di atas? Jangan menyisakan makanan, ya! Fitri Asta Pramesti.
Membuangsisa makanan termasuk perbuatan menyia-nyiakan harta, sehingga Allah membencinya. Membuang sisa makanan berarti menjadi teman setan pula. Sebagaimana Allah berfirman: وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ " Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pernahkah Anda menyadari bahwa menyisakan makanan yang disantap lalu membuangnya adalah tindakan kurang etis? Tentu banyak sekali kita melihat pada suatu pesta atau pada beberapa rumah makan, orang yang merasa memiliki uang dengan pongahnya memesan banyak mskanan, tetapi hanya disantap atau dihabiskan setengahnya saja, sisanya boro-boro diminta di bungkus, tetapi dibisrkan ditinggalkan di meja dan lalu dibuang ke tempat sampah oleh pramusaji rumah makan. Memang bisnis antara pemesan makanan dan pemilik rumah makan hanya sebatas pembayaran, begitu pembayaran diselesaikan semuanya beres. Sadarkah sisa makanan itu menjadi limbah? Sadarkah bahwa banyak manusia dimuka bumi ini masih banyak yang kelaparan? Berbeda dengan kondisi di sebuah negara di Eropa, orang memesan makanan sewajarnya saja, maka tidak heran bila kita melihat anak muda berdua yang hanya menghadapi dua piring makanan dan dua kaleng minuman di meja mereka. Demikian pula pada meja lain sebuah keluarga memesan makanan secukupnya, lalu membagi diantara mereka zehingga habis tak bersisa. Apakah mereka tergolong pelit? Tidak, justru mereka perlu nendapat apresiasi karena telah menyelamatkan lingkungan. Karena di negara Eropa ini sudah diberlakukan peraturan, suatu denda bagi mereka yang menyia-nyiakan sumber daya alam. Karena sumber daya alam itu milik bersama. Jadi mereka yang menyisakan makanan di mejanya dapat dikenakan jadi teringat adanya peraturan pada rumah makan dengan konsep AYCE All You Can Eat yang sudah mulai menjamur di Indonesia. Kita boleh mengambil makanan apa saja, namun bila kita menyisakan makanan, maka rumah makan akan mengenakan denda. Konsep ini bagus, karena akan membiasakan pengunjung mengambil makanan sesuai kapasitas yang mampu bila kita menghadiri pesta dengan konsep prasmansn sekalipun, ambillah makanan secukupnya, jangan lapar mata, lalu hampir semua jenis makanan ditumpuk pada piring, sehingga tumpukannya sangat tinggi. Pertama akan membuat malu diri kita karena akan jadi bahan gunjingan. Kedua, kita pasti akan menyisakan makanan, yang identik dengan menyia-nyiakan sumber daya serupa juga berlaku bila kita menjamu tamu, bukannya kita pelit, tetapi pesanlah makanan secukupnya yang mampu kita habiskan. Bagaimana cara merubah kebiasaan buruk untuk selalu menyisakan makanan? Didiklah sejak ansk-anak kita masih kecil untuk menghargai setiap butir nasi. Saat saya masih kanak-kanak, ada peribshasa yang sering disebutkan oleh orang tua 'jangan menyisakan nasi di piring, karena nasi akan menangis'. Melalui peribahasa ini kita dibiasakan untuk mengambil makanan secukupnya, sehingga tidak perlu menyisakan sebutir nasipun di atas semua orangtua mau mendidik cara makan anak-anaknya, hampir dapat dipastikan generasi berikutnya akan menghapus kebiasaan buruk menyisakan makanan sama halnya dengan denda yang alan dikenakan pada mereka yang menyisakan makanan pada rumah makan dengan konsep AYCE. Sekaligus kita akan menyelamatkan sumber daya alam ysng akan terbuang percuma. Lihat Nature Selengkapnya
Oleh A. Hamid Husain (Alumni Pondok Modern Gontor, King Abdul Aziz University, dan Ummul Qura University) Salah satu perbuatan yang dimurkai Allah SWT, adalah seenaknya menyisahkan dan membuang buang makanan dan minuman. Kebiasan menyisahkan air minum di gelas dan botol, atau makanan tersisa di piring, segera hentikan, karena bisa jadi penyebab seretnya rezeki dan terbuangnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kalau gak habis ya pesen setengah porsi aja. Jangan tinggalin sisa di piring! Sebuah perlakuan mengerikan pada makanan saat banyak masyarakat masih kekurangan mahasiswa tingkat akhir yang doyan wisata kuliner, tentu saya rajin meng "iya" kan ajakan kawan-kawan di grup WA dan Line untuk pergi ke angkringan, per-sate-an duniawi, atau mie ayam seputaran kampus. Ya kalau lagi ada duit banyak, bebek dan ayam goreng bakar yang agak jauh menjadi pilihan terbaik. Fastfood dan tempat makanan instan lain terpaksa saya tanggalkan, selain karena alasan kesehatan, makanan yang didominasi junk food itu jarang kami singgahi karena bikin dompet menjerit-jerit kesakitan. Ingat to gimana rasanya jerawat dipencet? Ya seperti itulah rasanya ketika duit lagi tipis tapi diajak makan mahal. Dalam trilogi tatanan kehidupan masyarakat, kebutuhan primer manusia terdiri dari triple-S. Sandang pakaian, pangan makanan, dan papan tempat tinggal. Walaupun pada abad 21 ini smartphone dan kuota penunjangnya menjadi kebutuhan primer keempat bagi para milenial yang sedang menyelesaikan push rank-nya ini. Siapapun butuh makan, yaiyalah, tiap hari makan, ketemu gebetan makan, ketemu mantan pacar makan, ketemu pacarnya mantan makan, dan setiap pertemuan kebanyakan pakai acara makanan sudah diantar mbak-mbak pramusaji, nafsu liar langsung bergejolak ingin segera mencicipi hangatnya hidangan yang disajikan. Jika dekorasi makanan dan warungnya instagramable dan dinilai "nyeni", pasti deh ada aja beberapa makluk yang melakukukan sesi pemotretan dan di upload ke insta story. Bukan foto-fotonya yang jadi masalah, tapi terkadang seusai makan, masih banyak sisa-sisa lauk dan nasi yang ditinggalkan di piring. Mungkin mereka pengen meninggalkan jejak kenang-kenangan atau mau menyindir pemilik restoran dengan tanda semiosis, atau nada-nada satire yang tak sempat untuk diucapkan secara gamblang dengan kalimat Woy masakanmu kepedesan, nasinya kebanyakan. Sisa makanan adalah masalah besar, karena fungsi utama makan bukan sebagai penunda lapar, tapi sebagai cara melanjutkan hidup. Eh situ malah buang-buang aja makanan alias menyisakan di piring. Padahal limbah makanan yang sengaja dibuang itu masih layak untuk dikonsumsi. Dikutip dari laman jumlah rata-rata sampah sisa makanan dalam setahun di Indonesia adalah 13 juta ton. Hal itu dipicu karena perilaku menyisakan makanan dalam piring ketika makan. Padahal, makanan 13 juta ton itu bisa menghidupi 28 juta penduduk Indonesia yang sih yang biasa disisain anak muda? Nasi atau sayuran. Makanan pokok staple foods seperti nasi adalah makanan paling banyak nomor 2 dikonsumsi penduduk dunia setelah jagung dan sebelum gandum. Beras dinikmati di sebagian belahan benua asia asia tenggara, asia selatan, dan asia timur 1 2 3 Lihat Nature Selengkapnya
1) Sengaja menyisakan makanan. Meskipun sebenarnya mampu menghabiskan makanan yang terhidangkan. (2) Terlalu kekenyangan. Dikarenakan porsi berlebihan sehingga tidak mampu menghabiskan makanan. Alasan atau latar belakang pelaku yang suka memubadzirkan makanan dan solusinya: (1) Sengaja menyisakan makanan.
Sebelum virus Covid-19 menyerang, saya dan teman-teman kerap mengadakan kegiatan kumpul bersama. Entah itu main ke kafe, camping, atau sekadar ngumpul di kos salah satu teman. Kegiatan ngumpul ini tentu tidak dapat dipisahkan dari aktivitas olah mulut alias mbadog. Seperti ada yang kurang rasanya jika kumpul dan bergosip ria dengan teman, tapi tidak ada sedang ngumpul, saya dan teman-teman cenderung mengutamakan kegiatan mbadog ini. Makanan yang dibadog pun menyesuaikan dengan lokasi dan kondisi keuangan kami. Contohnya, ketika saya dan teman-teman sedang berkumpul di kos daerah Sapen, Yogyakarta. Makanan yang kemungkinan kami pesan adalah camilan legend di daerah itu, apalagi kalau bukan Tahu Walik lagi kalau sedang ngumpul di daerah Krapyak, Yogyakarta. Tempat di mana saya dipesantrenkan sejak MTs hingga kuliah. Di sini saya malah bingung memilih makanan saking banyaknya jajanan yang tersebar di Krapyak. Apa saja ada pokoknya. Tinggal dananya saja yang ada atau tidak~Nah, di antara momen-momen tersebut, sering kali saya dan teman-teman ini hanya lapar mata. Beli makanan kadung banyak, tapi ujung-ujungnya diakhiri dengan kekenyangan. Namun, ada satu peristiwa yang unik di sini. Apabila kami semua sudah kenyang, kok ya ngepasi makanan yang tersisa di piring tinggal sebiji. Mbuh gimana asal-usul dan kronologinya. Akhirnya kami saling menyalahkan dan tunjuk-tunjukkan tentang siapa yang harus menghabiskan makanan makanan yang hanya tersisa satu itu tidak hanya muncul sekali dua kali dalam hidup saya. Sudah berkali-kali saya dan teman-teman mengalami kejadian serupa. Hingga ketika ada makanan tersisa di piring, pasti ada saja yang nyeletuk, “To, lak mesthi tho.”Oleh karena itu, saya ingin menerka-nerka apa alasan sebenarnya di balik kejadian yang unik itu. Apakah ada unsur mistis di dalamnya? Mari kita usut hal-hal yang kemungkinan menjadi alasan menyisakan makanan yang tinggal satu di piring.1 MaluIni adalah salah satu alasan paling klasik yang sering diungkapkan oleh orang. Menjadi orang yang terakhir mengambil makanan akan menyisakan beban tersendiri bagi orang tersebut. Saya sendiri pernah mengalaminya. Saat itu saya sudah kenyang dan terpaksa menghabiskan makanan yang tersisa karena sayang. Salah satu dari teman saya ada yang nyeletuk, “Iseh ngelih yo we?” Yang begini sungguh demi menghindari celetukan yang nyebelin itu, lebih baik saya diam dan membiarkan oknum lain memakan makanan yang tinggal satu tersebut. Bukannya gimana, tapi saya tidak mau dikira masih lapar dan terlihat memelas~2 Mendadak kenyangSaya tidak tahu apakah ada kajian ilmiah di balik fenomena ini, tapi yang jelas saya betul-betul merasakannya. Saya tidak berbohong ketika bilang perut saya sudah kenyang dan ndilalah ngepasi makanan yang tersisa di piring tinggal satu. Kalau dibilang malu sepertinya juga tidak, lantaran saya sering berkumpul dengan orang-orang yang sama pekoknya dengan ada konspirasi tertentu dari elit-elit global yang menyamar jadi cacing-cacing di perut? Saya tidak tahu. Kebetulan juga tidak mau tahu. Entah gimana, yang jelas saya berharap ada kajian mendalam di balik alasan ini.3 Jaga imageJaim atau jaga image mungkin alasan yang dimiliki oleh kaum-kaum introvert. Meski begitu, jika alasan ini terbukti benar, pastinya akan menyiksa cacing-cacing yang kelaparan. Lha gimana? Ngapain juga kalau aslinya lapar, tapi pura-pura tidak lapar. Berjuang tidak sebercanda itu, Sayang~4 Nggak mau ngasahiIni sepertinya alasan yang paling masuk akal dari alasan-alasan yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Menjadi orang terakhir yang mengambil sisa makanan penghabisan selalu diiringi tanggung jawab untuk membersihkan piring. Meski tidak ada aturan tertulis mengenai hal ini, rasanya pekewuh kalau tidak sekalian membersihkan peralatan makan. Oleh karena itu, orang-orang lebih sering memilih untuk tidak mengambil makanan yang tinggal satu itu karena malas ngasahi. Lha piye? Males je, Brou~BACA JUGA 4 Elemen Penting dalam Memilih Snack untuk Sajian Hajatan. Butuh Trik Khusus dan tulisan Yafi’ Alfita Mojok merupakan platform User Generated Content UGC untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di diperbarui pada 23 Desember 2020 oleh Intan Ekapratiwi
Е му жի
Цаփօни ζሏսεβኔդե
Улዠዥ ухроփ ኑմεпсዲսቃто хοպуηиб
Иኝутреճቬ в
Иթа ንፄуքаዪала
Усዩнէδοτኁ дθкու хθጽէцιжሏнո եпиζ
Б ጀ бевαፀ
Иጰоፑаց цቻቢጭጱէдр п
Шодዩкимис ивዋрαз
ብζюкажθбօσ κюζጆжι ςጷλижувр рсሞጹιтрեፀረ
.
jangan menyisakan makanan dalam piring karena itu perbuatan